Custom Search

Kamis, 20 Januari 2011

"BHUT JOLOKIA" Finalis Cabai Terpedas Di Dunia


Cabai atau cabe yang kita kenal dan umum diketahui oleh masyarakat biasanya hanya cabai rawit, cabai kriting, cabai hijau, cabei merah, dan beberapa cabai lain yang sering kita beli atau dijumpai di pasar atau warung tempat membeli kebutuhan pokok. Kepedasan yang saya tahu juga cuma sekadar tidak pedas, agak pedas (kalau misalkan dibandingkan antara beberapa cabai), pedas, atau sangat pedas. Saya baru mengetahui kalau ada finalis cabai-cabai yang berasal dari seluruh negara dan dinilai berdasarkan tingkat kepedasannya

pada sebuah surat kabar harian. Pada surat kabar itu disebutkan bahwa cabai yang terpedas di dunia dan mendapat rekor dunia dari Guinness adalah "Bhut Jolokia" yang merupakan nama cabai yang berasal dari Assam, India. Berikut ini artikel yang saya dapat dari surat kabar harian "Pikiran Rakyat".
Konsumen cabai di Indonesia saat ini benar-benar tengah dilanda kecemasan. Bayangkan, untuk mengonsumsi sambal atau rendang sementara waktu terpaksa harus mengurangi volume buah pedas ini karena harganya selangit mencapai Rp 100.000/kg. Buah bumbu penyedap ini, harganya merangkak terus karena di daerah sentra pertaniannya sedang kosong. Kekosongan terjadi oleh bencana alam banjir dan kekeringan. Di beberapa daerah sentra cabai juga terkena bencana erupsi, Merapi atau Bromo.

Terlepas dari kenaikan harga yang membubung, peneliti di New Mexico State University, Amerika Serikat, meneliti cabai terpedas di dunia. Dari penelitian itu mereka menemukan bhut jolokia sebagai cabai terpedas di dunia. Cabai ini mengalahkan 275 species lainnya, yang dikoleksi dari berbagai belahan bumi, khususnya daerah tropis dan subtropis.

Buah chilicile lada ini berdasarkan sejarah awalnya berasal dari negara bagian Assam, India. Atas rekor rasanya tersebut, tanaman ini menerima penghargaan dari Guinness World Records , sebagai bentuk pengakuan rasa cabai terpanas di dunia melewati juara sebelumnya red savina.

Dalam uji replikasi unit panas dan pedas, Scoville (SHUs), bhut jolokia mencapai satu juta SHUs. Sukarelawan yang mencoba mengonsumsinya bisa pingsan selama tiga hari tiga malam karena panas dan sakit perut. Juara sebelumnya savina merah (red savina), yang rasa pedasnya diukur hanya mencapai angka 577.000 SHUs. Dr. Paulus Bosland, Direktur Chili Pepper Institute di New Mexico State University Departemen Ilmu Tanaman dan Lingkungan memperoleh benih bhut jolokia saat berkunjung ke India pada tahun 2001.

Bosland mengungkapkan, sejak tanaman bhut jolokia ditemukan untuk menghindari serangan hama serangga dibiakkan di bawah kandang kelinci selama tiga tahun. Tujuannya untuk menghasilkan benih yang cukup, untuk menyelesaikan tes lapangan yang diperlukan. "Nama bhut jolokia diterjemahkan dari bahasa aslinya, berarti `hantu chile`," kata Bosland.

Ia menambahkan, konsentrasi panas bhut jolokia cenderung digunakan pada industri makanan sebagai bumbu atau obat penahan rasa sakit, dalam kemasan makanan spesial. Bila dibandingkan dengan cabai keriting, yang sering digunakan untuk bumbu balado masakan Padang, rasanya tidak ada apa-apanya. Bagi orang dengan sindrom iritasi usus besar karena sentuhan rasa pedas/panas sebaiknya jangan coba-coba menyentuh makanan ini karena bisa timbul rasa sakit lebih tinggi daripada rasa pedas biasanya. Penelitian lengkap dan jumlah reseptor rasa sakit cabai, menurut hasil penelitian akan diterbitkan, 11 Juni 2011.

Penelitian dikembangkan kepada para konsumen, yang harus mendapatkan terapi khusus. Satu dari lima orang dewasa Inggris, memiliki sindrom iritasi usus (IBS), setelah mengonsumsi cabai. kondisi ksehatannya sangat menghawatirkan. Gejala IBS meliputi nyeri perut, kembung, dan masalah usus seperti sembelit atau diare. Penelitian sementara baru menunjukkan bahwa orang dengan gejala IBS memiliki berbagai tingkatan yang biasanya menyerang serabut saraf reseptor. Untuk meneliti lebih jauh dampak dari makanan pedas ini, para peneliti berhasil memisahkan senyawa pedas. Rasa pedas itu dapat diurai menjadi dua bagian protein yaitu, TPRV I "antagonis" dan "Capcaisin".

(Dedi Riskomar, wartawan senior)
Sumber (Gambar dan Artikel): www.pikiran-rakyat.com

Artikel yang saya buat hanya untuk berbagi pengetahuan dan informasi yang saya dapat, semoga bermanfaat untuk semuanya. (^_^)"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Top List

List